Hari Diabetes Sedunia 14 November

     Hai guys, dalam rangka hari diabetes sedunia aku hadir dikemenkes. Diabestes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan cukup
insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting,
menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh
para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade
terakhir. (WHO Global Report, 2016).
Kriteria diagnosis Diabetes Melitus (DM) menurut pedoman American Diabetes Association (ADA) 2011
dan konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 2011:
1. Glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl dengan gejala klasik penyerta;
2. Glukosa 2 jam pasca pembebanan ≥200 mg/dl;
3. Glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl bila terdapat keluhan klasik DM seperti banyak kencing (poliuria),
banyak minum (polidipsia), banyak makan (polifagia), dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan penyebabnya.
Kriteria diagnosis DM (konsensus PERKENI 2015) :
1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal
8 jam, atau
2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan
beban glukosa 75 gram, atau
3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik (poliuria, polidipsia, polifagia
dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya), atau
4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh National
Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).
Situasi Diabetes di Dunia
Data WHO menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit tidak menular pada tahun 2004 yang mencapai
48,30% sedikit lebih besar dari angka kejadian penyakit menular, yaitu sebesar 47,50%. Bahkan penyakit
tidak menular menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia (63,50%). (Faktor Risiko Diabetes Mellitus
di Indonesia (Analisis Data Sakerti 2007), Dita Garnita, FKM UI, 2012).
Sebagai bagian dari agenda untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, negara anggota telah
menetapkan target untuk mengurangi angka kematian akibat penyakit tidak menular (termasuk diabetes),
menjadi sepertiganya, agar dapat mencapai Universal Health Coverage (UHC) dan menyediakan akses
terhadap obat-obatan esensial yang terjangkau pada tahun 2030.
Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes pada tahun 2014, dibandingkan
dengan 108 juta pada tahun 1980. Prevalensi diabetes di dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah
meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7% menjadi 8,5% pada populasi
orang dewasa.
         Hal ini mencerminkan peningkatan faktor risiko terkait seperti kelebihan berat badan atau
obesitas. Selama beberapa dekade terakhir, prevalensi diabetes meningkat
lebih cepat di negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di
negara berpenghasilan tinggi.
         Dampak Diabetes
Selain penyakit kardiovaskuler, DM juga merupakan salah satu penyebab utama penyakit ginjal dan
kebutaan pada usia di bawah 65 tahun, dan juga amputasi (Marshall dan Flyvbjerg, 2006 dalam Hill,
2011). Selain itu, diabetes juga menjadi penyebab terjadinya amputasi (yang bukan disebabkan oleh
trauma), disabilitas, hingga kematian. Dampak lain dari diabetes adalah mengurangi usia harapan hidup
sebesar 5-10 tahun. Usia harapan hidup penderita DM tipe 2 yang mengidap penyakit mental serius,
seperti Skizofrenia, bahkan 20% lebih rendah dibandingkan dengan populasi umum. (Goldberg, 2007
dalam Garnita, 2012).
        Diabetes dan komplikasinya membawa kerugian ekonomi yang besar bagi penderita diabetes dan
keluarga mereka, sistem kesehatan dan ekonomi nasional melalui biaya medis langsung, kehilangan
pekerjaan dan penghasilan. Termasuk komponen biaya utama adalah rumah sakit dan perawatan rawat
jalan, faktor lain yang membutuhkan biaya besar adalah kenaikan biaya untuk insulin analog 1 yang
semakin banyak diresepkan meskipun sedikit bukti bahwa insulin tipe tersebut memberikan efek yang
signifikan dibandingkan insulin manusia yang lebih murah.
Tindakan Preventif
Diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah dengan ilmu kedokteran saat ini. Pendekatan yang efektif sangat
dibutuhkan untuk mencegah diabetes tipe 2 dan untuk mencegah komplikasi dan kematian prematur yang
bisa disebabkan oleh berbagi tipe diabetes. Termasuk di antaranya kebijakan dan penerapan langsung
di populasi dan di lingkungan tertentu (sekolah, rumah, lingkungan kerja) yang berkontribusi kepada
kesehatan semua orang, baik pengidap diabetes atau bukan, seperti olahraga teratur, pola makan sehat,
menghindari merokok, serta mengontrol kadar lemak dan tekanan darah.
Situasi Diabetes di Indonesia
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995-2001 dan Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa
penyakit tidak menular seperti stroke, hipertensi, diabetes melitus, tumor, dan penyakit jantung merupakan
penyebab kematian utama di Indonesia. Pada tahun 2007, sebesar 59,5% penyebab kematian di Indonesia
merupakan penyakit tidak menular. Selain itu, persentase kematian akibat penyakit tidak menular juga
meningkat dari tahun ke tahun, yaitu 41,7% pada tahun 1995, 49,9% pada tahun 2001, dan 59,5% pada
tahun 2007.
             Berdasarkan diagnosis dokter dan status pendidikan, prevalensi penderita DM tertinggi merupakan
tamatan pendidikan setingkat D1/D2/D3/PT, yang merupakan kategori jenjang pendidikan tertinggi pada
hasil Riskesdas 2018. Untuk status pekerjaan yang paling banyak mengidap DM berstatus PNS/TNI/Polri/
BUMN/BUMD.
Untuk mengendalikan diabetes Kementerian Kesehatan sendiri telah membentuk 13.500 Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) untuk memudahkan akses warga melakukan deteksi dini penyakit diabetes. Selain
itu Menteri Kesehatan menghimbau masyarakat untuk melakukan aksi CERDIK, yaitu dengan melakukan:
Cek kesehatan secara teratur untuk megendalikan berat badan agar tetap ideal dan tidak berisiko
mudah sakit, periksa tensi darah, gula darah, dan kolesterol secara teratur.
Enyahkan asap rokok dan jangan merokok.
Rajin melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, seperti berolah raga, berjalan kaki, membersihkan
rumah.
       Upayakan dilakukan dengan baik, benar, teratur dan terukur.
Diet yang seimbang dengan mengkonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang, konsumsi buah sayur
minimal 5 porsi per hari, sedapat mungkin menekan konsumsi gula hingga maksimal 4 sendok makan
atau 50 gram per hari, hindari makanan/minuman yang manis atau yang berkarbonasi.
Istirahat yang cukup.
Kelola stress dengan baik dan benar.







Comments

Popular posts from this blog

Akhirnya Aku Naik Mobil Tanpa Awak di The Breeze BSD City

FWD Launching Platform Digital SME Connect untuk UMKM

Bolu Kukus Nusa Rasa, Kue Rasa Special untuk setiap kebersamaan